
** netral – lintang ç cadas nih lagu… graaaaaaa *tangan metal
menurut mitos dan legenda sekitar, restoran mandala ini rasanya enak tak terkira, beberapa temen gw yang namanya minta untuk di publish biar ikut beken berkata : “disitu mah makanannya enak semua, coba deh ayam goreng menteganya” begitu katanya.
Nah kemarin itu seperti biasa, niat hati memeluk gunung, apa daya gunungnya gunung kelud, hati ini memang lagi kalud, tapi gunung tetap gunung…ç maksudnya apa nih ?... entah ^^a
Hari itu hari senin, hari dimana besok selasanya musti masuk, padahal selasa itu hari kejepid nasional DAM!, tiba-tiba saja om chimong menelepon diriku ini sekitar jam delapan malam, “ui cuy ke grand Indonesia nyok??”, belum sempat berpikir panjang dan lebar, mulut ini langsung men-iyakan ajakan gak jelas bin aneh itu, sekakan-akan otak dan mulut sudah bersatu membawa seluruh tubuh ini refreshing keluar kamar dan menggila seenak hati. Tidak lama telepon di tutup, langsung otak kiri protes, he? jam 8 malam ke grand Indonesia?, ngapain?, sama sapa?, pulangnya gimana?, pulang bawa martabak ga?, martabaknya martabak bangka bukan?, bangkanya asli ato ka-we?... dll
Karena di anggap tidak masuk akal alias gak reasonable, kita gak jadi ke grand
** jamierequai – dipper underground
Saat melintas santa tiba-tiba gw melihat kekiri dan teringat kursi metromini yang udah gw gigit-gigit sebelumnya, ingatnya pas udah lewat pula hehehe, mau gak mau kita muter balik arah hehehe…

Untuk lokasi letaknya adalah di jalan santa, kalau dari arah tendean ke arah blok m, letaknya di sebelah kiri, itu jalan satu arah, jadi kalo dari blok m musti lewat blok s dulu, tempatnya sebelumnya subur percetakan, ada tulisannya gitu kok plus ada plangnya pake lampu serine gituh :p. alamat lengkapnya adalah Jl. Wolter monginsidi no 80( santa)
Setelah parkir kami pun langsung masuk tempat TKP, dari luar gak keliatan kayak resoran, cuman ada tulisannya di jamin halal dan ada beberapa kursi, sepertinya kursi buat menunggu deh, kursi alumunium dengan meja bulat alumunium juga, maklum aja tiap lewat situ gak siang gak malem rameee mulu, makanya hati ini penasaran akan makanan yang ada.
Sempat hati ini ragu saat mau masuk, soalnya ada legenda yang berkata juga kalau makanan di sana cukup lumayan mahal, nah kita emang niat pergi cuman buat jalan-jalan se-enak hati, gak bawa duid banyak pula, ditambah di depan restoran terdapat tulisan “maaf hanya menerima cash” “tidak menerima pembayaran berupa hasil tani juga” –red- jeng jeng!....
Pertama masuk gw di jadiin tumbal di suruh masuk duluan, dengan pe-de kaki ini melangkah dan berkata “hancurlah kau ke jahatan di muka bumi ini.. HANCUR” ciaaaaaaaaatttt…. *kebanyakan nonton tipi gini nih signnnn
Baru masuk langsung terpesona… yang ada di otak gw saat itu adalah , ini seperi di film-film restoran cina, ada meja-meja tidak terlalu besar bertebaran di sekeliling ruangan, sebuah meja besar di tengah ruangan pas tepat di depan pintu tempat gw masuk barusan, ada beberapa kursi mengitarinya, lengkap dengan dekorasi cina dan warna merah yang mencolok, di atas meja besar tersebut ada sepasang naga lampion merah, di antara naga2 tersebut ada… ummm… tempat meletakan piring?... ha? Saya juga tidak yakin akan yang satu ini, seperti… bentuknya memanjang sepanjang meja tersebut, diletakan tepat di atas meja, agar kita bisa meraihnya, ada beberapa piring khas cina plus beberapa mangukuk besar. Mungkin ini adalah tempat piring yang kalau kita kehabisan piring, mangkuk atau sendok atau perlengkapan makan lainnya… kita bisa mengambilnya sendiri tanpa perlu panggil-panggil si pelayan … hummm… nice..

Pas masuk sebagai tumbal yang pasrah dan bersahaja, gw bingung mo duduk di mana, di meja besar tadi ada 10- 14 orang, sepertinya dari 2 keluarga berbeda, kelompok pertama di ujung meja ada sekeluarga beserta para baby sister sedang menunggu masakan, 4 orang lainnya yang lebih dekat dengan pintu masuk, sedang berbincang santai dan sepertinya sedang membicarakan menu apa berikutnya yang bisa di hajar habis tak bersisa, di sebelah kanan tampak eksekutif muda dengan kekasihnya, cukup berdua saja dengan duduk berhadapan, dan disebelah kirinya saya tidak terlalu perhatikan, karena mata saya langsung tertuju ke meja paling ujung, meja yang bisa mengamati meja-meja lain dan sepertinya meja paling tepat untuk beradaptasi dengan lingkunan yang baru ini ^^a

Ciaat, langsung duduk dan gw salah ambil posisi doogh!*pegang jidad, posisi yang gw ambil adalah posisi menghadap lemari piring, yak gak bohong, ada lemari piring di depan muke gw setinggi kurang lebih 2 meter terbuat dari alumunium silver dan ada beberapa sendok untuk me-nyeruput soup, sepertinya ini cocok di letakan di dapur deh (dalem hati). Setelah duduk gw pun mengamati lingkungan sekitar, restoran ini ternyata tidak terlalu besar, ukuran 4x15 meter memanjang kebelakang, ada sekitar 12meja dan berkapasitas untuk 60 orang (menurut tabloid yang saya baca dimeja yang diletakan di antara taplak meja dan plastic putih pelapis taplak meja –red-) dan ternyata emang bener gak gede-gede amad sejauh mata memandang keliatannya tembol ukir-ukiran cina berwarna emas dan merah, di akhir tabloid pun dijelaskan, ternyata di restoran tersebut termasuk tradisional, disini tidak ada telepon, so tidak ada itu namanya delivery dan juga mesin EDC ( mesin kartu kredit ).
Semua pelayan di
Tanpa panjang lebar kita langsung acak-acak ke menunya, hati ini masih penasaran, menu apa sekiranya yang bisa di dapat dari tanpa persiapan icip-icip plus tidak ada fasilitas EDC itu tadi.
Yak TERNYATA E TERNYATA.. menunya cukup unik sodara-sodara sekalian. Menu dengan kover ungu yang berukuran cukup tebal seukuran buku tagih kreditan ternyata mempunyai daftar isi tapi di menu tersebut tidak ada daftar harganya :D, mmmm.. kalo di suruh milih gw lebih pilih ada harganya deh dari pada ada daftar isinya hehehe kayak skripsi aja ada daftar isinya.

Menu ada macam-macam, dari mie ayam, bihun, ayam goreng, dara goreng, kodok, cumi, paklai (ati-ampla), gurame dan kepiting juga ada, masih menurut tabloid yang saya baca, katanya menu andalannya adalah sop tahu mandala, menu seharga 35k bisa di nikmati oleh 4 orang, namun karena gw telat baca, plus cari aman biar gak kurang bayarnya, gw pesen mie ayam pangsit goreng baso sapi plus teh manis hangat, temen gw pesen mie goreng ayam plus the susu.
Untuk rasa mie ayam rasanya lumayan, malah agak kurang kalo menurut gw, mienya mie biasa bukan mie kriting, dengan ayam di suir-suir beserta beberapa daun bawang di potong agak kecil, rasanya ketolong sama baksonya yang rasanya beda bgt sama bakso-bakso yang pernah gw makan sebelumnya, baksonya enak sungguh, udah gitu pangsit gorengnya juga beda dari pangsit goreng yang pernah gw makan sebelumnya, sedikit di atas rata-rata untuk si pangsit. Untuk porsi jangan di Tanya, itu mie ayam di taro di mangkok geda di pisahain dengan mangkok lain berisi sawi + bakso sekitar 2-3 butir. Untuk mie gorengnya rasanya lumayan enak, porsinya lumayan buat kenyang untuk sampe pagi nanti.
Total yang musti di bayar untuk 2 mie ayam pangsit goreng bakso sapi + mie goreng ayam + 2 teh manis panas + teh susu sekitar 106k, yah cukup berasa buat mahasiswa yang lagi kelaparan cari makan di malam hari, tapi kalo porsi jangan di Tanya, geda!..
Kesimpulan, selain tutup cukup malam sekitar jam 22:30 restoran mandala ini banyak menu yang belum dan patut di coba, sop tahu mandala itu patut di coba, ayam goreng mentega juga patut di coba, nasi goreng yang di makan keluarga sebelah itu juga terlihat menggiurkan dan patut di coba, kemarin semua itu tidak di coba karena gak bawa duid + gak bisa pake kartu ç mulai menyalahkan pihak lain :p,
Lain kali musti ada persiapan, dan sepertinya musti ada kunjungan balasan, heheheh
Sapi_duduk keep smile ^^



Read More......